Sabtu, 11 Februari 2012

demam berdarah dengue


ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN DEMAM BERDARAH DENGUE

A.      PENGERTIAN

DHF adalah suatu  infeksi  arbovirus akut yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk spesies aides. Penyakit ini sering menyerang anak, remaja, dan dewasa yang ditandai dengan demam, nyeri otot dan sendi. Demam Berdarah Dengue sering disebut pula Dengue Haemoragic Fever (DHF).
Demam Berdarah / Dengue Hemoragic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh Arbovirus (Arthropodborn Virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk AEDES (AEDES ALBOPICTUS dan AEDES AEGEPTY).

B.       Tanda dan gejala.

1.         Meningkatnya suhu tubuh
2.         Nyeri pada otot seluruh tubuh
3.         Suara serak
4.         Batuk
5.         Epistaksis
6.         Disuria
7.         Nafsu makan menurun
8.         Muntah
9.         Ptekie
10.     Ekimosis
11.     Perdarahan gusi
12.     Muntah darah
13.     Hematuria masif
14.     Melena

C.      Klasifikasi Demam Berdarah / Dengue Hemoragic Fever (DHF)

Klasifiksi DHF menurut WHO
1.         Derajat I
Demam disertai gejala tidak khas, terdapat manifestasi perdarahan (uji tourniquet positif)
2.         Derajat II
Derajat I ditambah gejala perdarahan spontan dikulit dan perdarahan lain.
3.         Derajat III
Kegagalan sirkulasi darah, nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun (20 mmhg, kulit dingin, lembab, gelisah, hipotensi)
4.         Derajat IV
Nadi tak teraba, tekanan darah tak dapat diukur



D.      Pohon masalah.



 





















E.       Pemeriksaan Diagnostik

  1. Darah Lengkap = Hemokonsentrasi (Hemaokrit meningkat 20 % atau lebih), Thrombocitopeni (angka thrombosit 100. 000/ mmatau kurang)
  2. Serologi = Uji HI (hemaaglutinaion Inhibition Test)
  3. Rontgen Thorax = Effusi Pleura

F.       Penatalaksanaan Demam Berdarah

a.       Medik
1.    DHF tanpa Renjatan
1.    Beri minum banyak ( 1 ½ - 2 Liter / hari )
2.    Obat antipiretik, untuk menurunkan panas, dapat juga dilakukan kompres
3.    Jika kejang maka dapat diberi luminal ( anticonvulsan ) untuk anak <1 th dosis 50 mg IM dan untuk anak >1th 75 mg IM. Jika 15 menit kejang belum teratasi , beri lagi luminal dengan dosis 3 mg / Kg BB anak <1 th dan pada anak >1th diberikan 5 mg/ Kg BB.
4.    Berikan infus jika terus muntah dan hematokrit meningkat
2.    DHF dengan Renjatan
1.    Pasang infus RL
2.    Jika dengan infus tidak ada respon maka berikan plasma expander ( 20 – 30 ml/ kg BB )
3.    Tranfusi jika Hb dan Ht turun
b.      Keperawatan
1.    Pengawasan tanda – tanda Vital secara kontinue tiap jam
1.    Pemeriksaan Hb, Ht, Trombocyt tiap 4 Jam
2.    Observasi intike - output
3.    Pada pasien DHF derajat I : Pasien diistirahatkan, observasi tanda vital tiap 3 jam , periksa Hb, Ht, Thrombosit tiap 4 jam beri minum 1 ½ liter – 2 liter per hari, beri kompres
4.    Pada pasien DHF derajat II : Pengawasan tanda vital, pemeriksaan Hb, Ht, Thrombocyt, perhatikan gejala seperti nadi lemah, kecil dan cepat, tekanan darah menurun, anuria dan sakit perut, beri infus.
5.    Pada pasien DHF derajat III : Infus guyur, posisi semi fowler, beri O2 pengawasan tanda – tanda vital tiap 15 menit, pasang cateter, observasi produksi urine tiap jam, periksa Hb, Ht dan thrombocyt.
2.    Resiko Perdarahan
1.    Obsevasi perdarahan : Pteckie, Epistaksis, Hematomesis dan melena
2.    Catat banyak, warna dari perdarahan
3.    Pasang NGT pada pasien dengan perdarahan Tractus Gastro Intestinal
3.    Peningkatan suhu tubuh
1.    Observasi / Ukur suhu tubuh secara periodik
2.    Beri minum banyak
3.    Berikan kompres

G.      Asuhan Keperawatan

1.    Pengkajian
1.    Kaji riwayat Keperawatan
2.    Kaji adanya peningkatan suhu tubuh, tanda perdarahan, mual muntah, tidak nafsu makan, nyeri ulu hai, nyeri otot dan tanda – tanda renjatan (denyut nadi cepat dan lemah, hipotensi, kulit dingin dan lembab, terutama pada ekstremitas, sianosis, gelisah, penurunan kesadaran)
2.    Diagnosa Keperawatan
1.    Kekurangan Volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler , perdarahan, muntah, dan demam
2.    Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan perdarahan
3.    Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah, tidak ada nafsu makan
4.    Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus
5.    Perubahan proses proses keluarga berhubungan dengan kondisi anak
3.    Implementasi
1.    Mencegah terjadinya kekurangan volume cairan
1.    Mengobservasi tanda – tanda vital paling sedikit setiap 4 jam
2.    Monitor tanda – tanda meningkatnya kekurangan cairan : turgor tidak elastis, ubun – ubun cekung, produksi urine menurun
3.    Mengobservasi dan mencatat intake dan output
4.    Memberikan hidrasi yang adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh
5.    Memonitor nilai laboratorium : elektrolit / darah, BJ urin , serum tubuh
6.    Mempertahankan intake dan output yang adekuat
7.    Memonitor dan mencatat berat badan
8.    Memonitor pemberian cairan melalui intra vena setiap jam
9.    Mengurangi kehilangan cairan yang tidak telihat (insesible water loss / IWL)
2.    Perfusi jaringan Adekuat
1.    Mengkaji dan mencatat tanda – tanda Vital (kualitas dan Frekwensi denyut nadi, tekanan darah , Capillary Refill )
2.    Mengkaji dan mencatat sirkulasi pada ekstremitas (suhu , kelembaban dan warna)
3.    Menilai kemungkinan terjadinya kematian jaringan pada ekstremitas seperti dingin , nyeri , pembengkakan kaki )
3.    Kebutuhan nutrisi adekuat
1.    Ijinkan anak memakan makanan yang dapat ditoleransi anak. Rencanakan untuk memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan anak meningkat.
2.    Berikan makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi untuk meningkatkan kualitas intake nutrisi
3.    Menganjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan teknik porsi kecil tetapi sering
4.    Menimbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama dan dengan skala yang sama
5.    Mempertahankan kebersihan mulut pasien
6.    Menjelaskan pentingnya intake nutirisi yang adekuat untuk penyembuhan penyakit
4.    Mempertahankan suhu tubuh normal
1.    Ukur tanda – tanda vital suhu tubuh
2.    Ajarkan keluarga dalam pengukuran suhu
3.    Lakukan “ tapid sponge” (seka) dengan air biasa
4.    Tingkatkan intake cairan
5.    Berikan terapi untuk menurunkan suhu
5.    Mensupport koping keluarga Adaptif
1.    Mengkaji perasaan dan persepsi orang tua atau anggota keluarga terhadap situasi yang penuh stress
2.    Ijinkan orang tua dan keluarga untuk memberikan respon secara panjang lebar dan identifikasi faktor yang paling mencemaskan keluarga
3.    Identifikasikan koping yang biasa digunakan dan seberapa besar keberhasilannya dalam mengatasi keadaan




DAFTAR PUSTAKA


  1. Buku ajar IKA infeksi dan penyakit tropis IDAI Edisi I. Editor : Sumarmo, S Purwo Sudomo, Harry Gama, Sri rejeki Bag IKA FKUI jkt 2002.
  2. Christantie, Effendy. SKp, Perawatan Pasien DHF. Jakarta, EGC, 1995
  3. Prinsip – Prinsip Keperawatan Nancy Roper hal 269 – 267