Minggu, 06 November 2011

LP dan WOC Diabetes

LAPORAN PENDAHULUAN PADA KLIEN DENGAN DIABETES MELLITUS

A.    DEFINISI DIABETES MELLITUS
Diabetes mellitus adalah penurunan kecepatan insulin oleh sel-sel beta pulau Langerhans (Guyton, 1990 : 707). Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit kronik yang komplek yang melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak, berkembangnya komplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler dan neurologis (Barbara, 1996 : 4).  Diabetes mellitus sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Smeltzer, 2002 : 1220).
B.     KLASIFIKASI
Klasifikasi diabetes mellitus dan gangguan toleransi menurut WHO 1985 sebagai berikut :
1)      Diabetes mellitus
a.       Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) atau Diabetes Mellitus Tergantung Insulin (DMTI).
b.      Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) atau Diabetes Mellitus Tidak Tergantung Insulin (DMTTI).
a)      Tidak gemuk.
b)      Gemuk.
c.       Malnutrition Related Diabetes Mellitus (MRDM) atau Diabetes Mellitus Terkait Malnutrisi (DMTM).
d.      Diabetes tipe lain yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom tertentu :
a)      Penyakit pankreas.
b)      Penyakit hormonal.
c)      Karena obat atau bahan kimia lain.
d)     Kelainan reseptor insulin.
e)      Sindrom genetik tertentu.
f)       Sirosis hepatitis.
2)      Toleransi glukosa terganggu
a.       Tidak gemuk.
b.      Gemuk.
c.       Yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom tertentu.
3)      Diabetes mellitus gestasional
Komisi FAO/WHO/UNO 1985 menyarankan tambahan energi bagi wanita hamil sebesar :
a.       Aktivitas berat             =  (+) 285 kalori/hari.
b.      Aktivitas sedang         =  (+) 245 kalori/hari.
c.       Aktivitas ringan           =  (+) 200 kalori/hari.


C.     KELAS RESIKO STATISTIK
Pasien dengan toleransi glukosa yang normal, tetapi jelas mempunyai resiko yang lebih besar untuk timbulnya diabetes mellitus, seperti :
1)      Toleransi glukosa pernah abnormal, dan
2)      Toleransi glukosa potensial abnormal.
D.    ETIOLOGI
Penyebab pasti dari diabetes mellitus belum diketahui dari beberapa penderita diabetes mellitus para ahli telah merumuskan bahwa penyebab diabetes mellitus adalah sebagai berikut :
1.      Faktor lingkungan.
2.      Obesitas.
3.      Riwayat pankreatitis kronis.
4.      Melahirkan anak lebih dari 4 kg.
5.      Riwayat glukosurin selama stres (kehamilan, pembedahan, trauma, infeksi, penyakit atau terapi obat glukokortikosteroid, serta kontrasepsi oral).
6.      Kebiasaan diet.
7.      Riwayat keluarga dengan diabetes tipe 2.
E.     GEJALA KLINIK
Gejala klinik diabetes mellitus yang klasik : mula-mula polifagia, polidipsia, poliuria, dan berat badan naik, kemudian polidipsia, poliuria, dan berat badan turun, bahkan dapat disusul dengan muntah-muntah dan koma diabetik. Gejala kronik lain yang sering : lemah badan, kesemutan, mata kabur yang berubah-ubah, mialgia, antralgia, penurunan kemampuan seksual dan lain-lain (Mansjoer, 2001).
F.      PATOFISIOLOGI
Pengurangan penggunaan glukosa oleh sel-sel tubuh
 
Peningkatan mobilisasi lemak
 
Pengurangan protein dalam jaringan tubuh 
 
Kehilangan glukosa melalui urine
 
Diuresis 
 
Asidosis pada diabetes
(Guyton, 1990 : 707)



G.    WOC  DIABETES MELLITUS
 


H.    PENATALAKSANAAN
Pengobatan bertujuan untuk mengurangi gejala-gejala, mengusahakan keadaan gizi dimana berat badan ideal mencegah terjadinya komplikasi.
Secara garis besar dilakukan dengan :
o   Obat hipoglikemik
1)      Sulfonilurea.
2)      Biguanid.
3)      Inhibitor alfa glukosidase.
4)      Insulin sensitizing agent.
o   Latihan jasmani
Sudah lama diketahui bahwa olahraga menimbulkan penurunan kadar gula dalam darah yang disebabkan oleh karena peninggian penggunaan  glukosa di daerah perifer. Dianjurkan latihan jasmani teratur, 3-4 kali tiap minggu selama + 0,5 jam. Latihan dilakukan terus menerus tanpa terhenti. Otot-otot berkontraksi dan relaksasi secara teratur, selang-seling antara gerak cepat dan lambat, berangsur-angsur dari sedikit ke latihan yang lebih berat secara bertahap dan bertahan dalam waktu tertentu. Latihan yang dapat dijadikan pilihan adalah jalan kaki, jogging, lari, renang, bersepeda, dan mendayung.
o   Perencanaan makan (meal planning)
Tahap pertama dalam mempersiapkan perencanaan makan adalah mendapatkan riwayat diet untuk mengidentifikasi kebiasaan makan pasien dan gaya hidupnya. Daftar bahan makanan penukar bagi perencanaan makan harus disampaikan kepada pasien dengan penggunaan jumlah kalori yang tepat.
o   Perawatan kaki
Perawatan kaki yang bersifat preventif mencakup tindakan mencuci kaki dengan benar, mengeringkan dan meminyakinya, kita harus berhati – hati agar jangan sampai celah diantara jari – jari kaki menjadi basah. Pasien harus diberitahu untuk mengenakan sepatu yang pas dan tertutup pada bagian jari kaki. Kuku jari kaki harus dipotong rata tanpa lengkungan pada sudut-sudutnya.
I.       ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN DIABETES MELITUS.
A.    PENGKAJIAN (Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan,1999).
1)      Aktivitas/ istirahat.
Gejala: Lemah, letih, sulit berjalan/bergerak, kram otot, kekuatan otot menurun, gangguan istirahat tidur.
Tanda: Takikardia, takipnea pada keadaan istirahat atau dengan aktivitas, letargi/disorientasi, koma.
2)      Sirkulasi.
Gejala: Adanya riwayat IM akut, HT, kesemutan pada extremitas, penyembuhan luka yang lama.
Tanda: Takikardia, hipertensi, bradikardia, disritmia, terdapat tanda inflamasi

3)      Integritas ego.
Gejala: Stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang berhubungan dengan kondisi.
Tanda: anxietas, mudah marah, peka rangsang.
4)      Eliminasi urine
Gejala: Polyuria, nokturia, dysuria, ISK baru/berulang
Tanda: Urine encer banyak, pucat, kuning, berbau amoniak.
5)      Eliminasi bowel
Gejala: Nyeri tekan abdoment
Tanda: Abdomen keras, adanya ascites, bising usus  menurun dan lamah, diare.
6)      Makanan/ cairan.
Gejala: hilang nafsu makan, mual, peningkatan masukan glukosa/karbohidrat, tidak mengikuti diet, penurunan BB, haus, polidypsi, polifagia.
Tanda: Kulit kering/bersisik, turgor jelek, distensi abdoment, muntah.
7)      Neurosensori
Gejala: Pusing/pening, cephalgia, kesemutan, kelemahan otot, gangguan penglihatan.
Tanda: Disorientasi, mengantuk, letargi, koma (pada tahap lanjut).
8)      Nyeri
Gejala: Abdomen yang tegang/nyeri (pada gangren)
Tanda : Wajah tampak kesakitan, tampak sangat hati-hati.
9)      Pernafasan
Gejala: Mengeluh sesak nafas,
Tanda: Takipnea, batuk, frekwensi pernafasan meningkat.
10)  Seksualitas.
Gejala: Rabas vagina, gangguan ereksi penis, kesulitan orgasme.

B.     DIAGNOSA KEPERAWATAN
  1. Defisit volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik akibat hiperglikemia, pengeluaran cairan berlebihan : diare, muntah; pembatasan intake akibat mual, kacau mental
  2. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral, status hipermetabolisme
  3. Resiko tinggi terhadap infeksi (sepsis) berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa, penurunan fungsi lekosit, perubahan pada sirkulasi
  4. Resiko tinggi terhadap perubahan sensori-perseptual berhubungan dengan ketidkseimbangan glukosa/insulin dan/atau elektrolit
  5. Kelelalahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik, insufisiensi insulin, peningkatan kebtuhan energi : status hipermetabolik/infeksi
  6. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang, ketergantungan pada orang lain
C.     RENCANA KEPERAWATAN.
1)      Kekurangan volume cairan  berhubungan dengan diuresis osmotik         (hiperglikemia)
Kriteria hasil :
Mendemonstrasikan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi perifer dapat diraba,turgor kuliit dan pengisian baik, haluaran urine tepat secara individu, dan kadar elektrolit dalam batas normal  
Intervensi :
a)     Pantau tanda-tanda vital,catat adanya perubahan TD ortostatik.
Rasional : Hipovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardi.
b)    Pantau suhu,warna kulit, atau kelembabannya. 
Rasional :  Meskipun demam menggigil dan diaforesis merupakan hal umum terjadi pada proses infeksi,demam dengan kulit yang kemerahan, kering mungkin sebagai cerminan dari dehidrasi.
c)     Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit, dan membran mukosa.
Rasional :  Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi,atau volume sirkulasi yang terdekat.
d)    Pantau masukkan dan pengeluaran,catat berat jenis urine.
Rasional :  Memberikan perkiraan akan cairan pengganti,fungsi ginjal,dan keefektifan dari terapi yang diberikan.
e)     Ukur berat badan setiap hari.
Rasional :  Memberikan hasil pengkajian yang terbaik dari status cairan yang sedang berlangsung dan selanjutnya dalam memberikan cairan pengganti.  

2)      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan insulin(penurunan pengambilan dan penggunaan glukosa oleh jaringan mengakibatkan peningkatan metabolisme protein/lemak)
Kriteria hasil :
-    Mecerna jumlah kaloori/nutrien yang tepat
-    Menunjukkan tingkat energi biasanya
-    Menunjukkan berat badan stabil atau penambahan ke arah rentang biasanya/yang diinginkan dengan nilai labratorium normal
Intervensi :
a)    Timbang berat badan setiap hari atau sesuai dengan indikasi
Rasional :  Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat(termasuk utilisasi dan absorpsinya).
b)   Tentukan  program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang bisa dihabiskan pasien.
Rasional :  Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan terapeutik.
c)    Identifikasi makanan yang disukai/dikehendaki termasuk kebutuhan etnik/kultural
Rasional :  Jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan dalam perencanaan makan, kerja sama ini dapat diupayakan setelah pulang
d)   Observasi tanda-tanda hipoglikemia.
Rasional :  Karena metabolisme karbohidrat mulai terjadi (gula darah akan tetap berkurang dan sementara tetap diberikan insulin maka hipoglikemi dapat terjadi).
e)    Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diet
Rasional :  Sangat bermanfaat dalam perhitungan dan penyesuaian diet untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien.

J.       DAFTAR PUSTAKA
1.      Carpenito, Lynda Juall (2000), Buku saku Diagnosa Keperawatan,  Edisi 8, EGC, Jakarta
2.      Doengoes, E. Marilyn (1989), Nursing Care Plans, Second Edition, FA Davis, Philadelphia
3.      Harrison. (2006), Isselbacher Braunwald. Edisi 13, EGC, Jakarta
4.      Price, Sylvia (1990), Patofisiologi dan Konsep Dasar Penyakit, EGC, Jakarta
5.      Doenges E. Marilynn, Moorhouse Frances Mary, Geisster C Alice. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien Edisi 3. Jakarta: EGC.
6.      Kumar, Robbins. 1995. Patologi Edisi 4. Jakarta: EGC.
7.      Purnomo BB. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi Ke-2. Jakarta : Perpustakaan Nasional republik Indonesia. 2003. 62-65.
8.      Sjamsuhidrajat R, 1 W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran – EGC. 2004. 756-763.
9.      Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2. Jakarta: EGC.
10.  Tanagho EA, McAninch JW. Smith’s General Urology. Edisi ke-16. New York : Lange Medical Book. 2004. 256-283.
11.  Webmaster. Diabetes Melitus. Diunduh dari : http://www.medicastore.com. Last update : April 2011.
12.  Webmaster.Diabetes Melitus. Diunduh dari : http://www.icm.tn.gov.in. Last update : April 2011.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar