Sabtu, 20 Oktober 2012

PERENCANAAN
TENAGA KEPERAWATAN
Efektifitas dan efisiensi ketenagaan dalam keperawatan sangat ditunjang oleh
sistem pemberian asuhan keperawatan yang tepat dan kompetensi individu yang
memadai. Perlu kiranya dilakukan perencanaan yang strategis dan sistematis dalam
memenuhi kebutuhan tenaga keperawatan. Perencanaan ketenagaan yang baik
mempertimbangkan klasifikasi klien berdasarkan tingkat ketergantungan, metode
pemberian asuhan keperawatan, jumlah dan kategori tenaga keperawatan serta
perhitungan jumlah tenaga keperawatan. Dalam menganalisis dan merencanakan
kebutuhan tenaga keperawatan, manajer keperawatan dapat mengacu ke pelbagai
pendekatan atau formula penghitungan kebutuhan tenaga perawat menurut beberapa
ahli.
Perawat merupakan proporsi tenaga yang paling besar di rumah sakit,
diperkirakan sekitar 75 % dari jumlah seluruh tenaga kesehatan. Dengan dominanya
jumlah perawat ini maka diperlukan formula khusus untuk menentukan kebutuhanya.
Formula dikembangkan untuk memberikan kemudahan kepada manajer keperawatan
dalam melakukan penghitungan tenaga perawat dan bisa digunakan untuk perbandingan
apakah tenaga perawat yang ada saat ini sudah cukup, kurang atau berlebih.
Terdapat beberapa formula perhitungan tenaga keperawatan di pelayanan antara
lain adalah formula Gillies (1982), formula PPNI, formula Douglas (1992), formula
Ilyas (1999), metode Rasio, dan formula Loveridge dan Cummings (1996)
1. Metode Gillies (1982)
Salah satu formula penghitungan tenaga keperawatan yang dikembangkan Gillies
(1982) adalah sebagai berikut :
( 365 C ) x jam kerja / hari
A x B x 365
Tenaga Perawat

=
Keterangan :
A = jam perawatan/24 jam (nursing time), yaitu waktu perawatan yang dibutuhkan pasien.
B = sensus harian (BOR x jumlah tempat tidur)
C = jumlah hari libur
6
• Komponen A, adalah jumlah waktu perawatan yang dibutuhkan oleh pasien selama 24 jam
• Komponen B, adalah hasil perkalian BOR dengan jumlah tempat tidur. Contoh jika BOR 76 %
dan jumlah tempat tidur 100 maka sensus harian adalah 76.
• Komponen C, jumlah hari libur resmi yang ditentukan oleh pemerintah dan jumlah hari libur
karena cuti tahunan personel. Jumlah hari libur diIndonesia kira-kira 76 hari yang terdiri dari
52 hari minggu, 12 hari cuti dan 12 hari libur nasional. Disamping itu perlu juga diperhitungkan
hari libur lain yaitu secara alamiah menjadi hak biologis wanita yaitu cuti hamil kurang lebih
selama 3 bulan.
• Jam kerja perhari 6 jam perhari
Contoh kasus :
Diketahui rata-rata perawatan selama 24 jam adalah 120 jam seperti pada tabel,
BOR rata-rata 70 %, jumlah tempat tidur 100, berapa kebutuhan perawat di rumah
sakit tersebut :
Tabel 1.1 rata-rata perawatn selama 24 jam
NO Jenis /katagori
Rata-rata
pasien/hari
Rata-rata jam
perawatan
pasien/hari
Jumlah jam
perawatan
/hari
1 Pasien bedah 10 4 40
2 Pasien anak 5 6 30
3 Pasien penyakit dalam 10 5 50
Jumlah 25 120
Jawab :
( 365 76 ) x 6
120 x (70/100 x 100) x 365
Tenaga Perawat

=
Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan menurut formula gillis adalah :
7
2. Metode Lokakarya PPNI
Penentuan kebutuhan tenaga perawat menurut Lokakarya PPNI dengan
mengubah satuan hari dengan minggu. Selanjutnya jumlah hari kerja efektif dihitung
dalam minggu sebanyak 41 minggu dan jumlah kerja perhari selama 40 jam per
minggu. PPNI berusaha menyesuaikan lama kerja dan libur yang berlaku di
Indonesia:
125%
41 mg x 40 jam
( A x 52 mg ) x 7 Hr ( TT x BOR )
Tenaga Perawat = x
Keterangan :
TP = Tenaga perawat
A = Jumlah jam perawatan / 24 jam
41 Mg = 365 - 52 (Hr Ming.) - 12 hr libur - 12 hr cuti = 289 / 7
• Komponen A, adalah jumlah waktu perawatan yang dibutuhkan oleh pasien selama 24 jam
• BOR, adalah prosentase rata-rata jumlah tempat tidur yang digunakan selama periode tertentu
(satu semester/satu tahun)
• Hari kerja efektif selama 41 minggu yang dihitung sebagai berikut :
= (365 –(52 hr minggu+12 hari libur nasional+ 12 cuti tahunan)
= 289 hari : 7 hari/mg
= 41 minggu
• Komponen 125 %, yaitu tingkat produktivitas diasumsikan hanya 75 % sehingga dikali 125 %.
Contoh kasus :
Diketahui rata-rata perawatan selama 24 jam adalah 40 jam seperti pada tabel, BOR
rata-rata 70 %, jumlah tempat tidur 100, berapa kebutuhan perawat di rumah sakit
tersebut :
Tabel 1.2 rata-rata perawatn selama 24 jam
NO Jenis /katagori
Rata-rata
pasien/hari
Rata-rata jam
perawatan
pasien/hari
Jumlah jam
perawatan
/hari
1 Pasien bedah 10 4 40
8
Jawab :
125%
41 mg x 40 jam
( A x 52 mg ) x 7 Hr ( TT x BOR )
Tenaga Perawat = x =
125%
41 mg x 40 jam
( 40 x 52 mg ) x 7 Hr ( 100 x 0,7 )
Tenaga Perawat = x =
Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan menurut formula PPNI adalah = 776
3. Metode Ilyas
Metode ini dikembangakan oleh Yaslis Ilyas sejak tahun 1995. Rumus dasar
dari formula ini adalah sebagai berikut :
(255 x jam kerja / hari)
A x B x 365
Tenaga Perawat =
Keterangan:
A = Jam perawatan/24 jam (waktu perawatan yang dibutuhkan pasien)
B = sensus harian (BOR x jumlah tempat tidur)
365 = jumlah hari kerja selama setahun
255 = hari kerja efektif perawat/tahun
= {365 - (12 hari libur nasional - 12 hari libur cuti tahunan) x 3/4}
= 255 hari
Indeks ¾ merupakan indeks yang berasal dari karakteristik jadual kerja perawat dirumah sakit
yang dihitung dari setiap empat hari kerja efektif, dimana perawat mendapat libur satu hari
setelah jadual jaga malam. Uraiannya sebagai berikut hari pertama perawat masuk pagi, hari kedua
siang, hari ketiga malam dan hari keempat perawat mendapat libur satu hari
Contoh kasus :
Diketahui rata-rata perawatan selama 24 jam adalah 6 jam, BOR rata-rata 70 %,
jumlah tempat tidur 100, berapa kebutuhan perawat di rumah sakit tersebut :
Jawab :
(255 x jam kerja / hari)
A x B x 365
Tenaga Perawat =
(255 x 6 )
6 x (100 x 0,7) x 365
Tenaga Perawat =
= 100 orang
9
4. Douglas (1992)
Douglas (1992), mengklasifikasi derajat ketergantungan klien menjadi tiga kategori,
yaitu :
a. Perawatan minimal, memerlukan waktu 1 – 2 jam/24 jam dengan kriteria :
1) Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
2) Makan dan minum dilakukan sendiri
3) Ambulasi dengan pengawasan
4) Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap jaga (shift)
5) Pengobatan minimal dengan status psikologis stabil
b. Perawatan parsial, memerlukan waktu 3 – 4 jam/24 jam dengan kriteria :
1) Kebersihan diri dibantu, makan dan minum dibantu
2) Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam
3) Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
4) Klien dengan kateter urine, intake dan out put dicatat
5) Klien dengan infus, persiapan pengobatan yang memerlukan prosedur
c. Perawatan total, memerlukan waktu 5 – 6 jam/24 jam dengan kriteria :
1) Semua keperluan pasien dibantu
2) Perubahan posisi, observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap 2 jam
3) Makan melalui NGT, terapi intra vena
4) Dilakukan pengisapan lendir
5) Gelisah/disorientasi
Berdasarkan kategori tersebut, didapatkan jumlah perawat yang dibutuhkan pada
pagi, sore dan malam sesuai dengan tingkat ketergantungan pasien seperti pada tabel
2.1 berikut :
10
Tabel 2.1 Jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan dalam satu ruang rawat
Jumlah
Klien
Klasifikasi klien
Minimal Partial Total
Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam
1 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20
2 0,34 0,28 0,14 0,54 0,30 0,20 0,72 0,60 0,40
3 0,51 0,42 0,21 0,81 0,45 0,30 1,08 0,90 0,60
Dst
Sumber : Douglas (1984) dalam Sitorus (2006)
Suatu ruang rawat dengan 22 pasien (3 pasien dengan perawatan minimal, 14 pasien
dengan perawat intermediet dan 5 pasien dengan perawatan total), maka jumlah
perawat yang dibutuhkan:
a. Dinas pagi :
3 x 0,17 = 0,51
14 x 0.27 = 3,78
5 x 0,36 = 1,90
Jumlah 6,90 6 orang
b. Dinas siang
3 x 0,14 = 0,42
14 x 0.15 = 2.10
5 x 0,30 = 1,50
Jumlah 4,02 4 orang
c. Dinas malam
3 x 0,10 = 0,30
14 x 0.07 = 0,98
5 x 0,20 = 1,00
Jumlah 2,26 2 orang
11
Berdasarkan perhitungan diatas diketahui bahwa total jumlah kebutuhan perawat
untuk dinas pagi, sore dan malam sebanyak 12 orang. Penetapan jumlah perawat
dilakukan dengan menghitung jumlah pasien berdasarkan derajat ketergantungan
selama 1 (satu bulan) dan jumlah perawat yang dibutuhkan untuk setiap hari.
Penetapan satu bulan diharapkan sudah dapat mencerminkan perubahan jumlah dan
variasi pasien di ruang rawat tersebut. Kepala ruangan mengalokasikan setiap
pasien baru pada tim tertentu dengan mempertimbangkan beban kerja tim tersebut.
Beban kerja dapat terkait dengan jumlah pasien dan tingkat ketergantungan pasien.
5. Metode rasio
Metode rasio adalah metode yang didasarkan pada SK Menkes Nomor:
262/Menkes/Per/VI/79), sebagaimana pada tabel 2.3
Tabel 2.3 Rasio Tempat Tidur dan Personel Rumah Sakit
Tipe RS TM/TT TPP/TT TNP/TT TnonP/TT
A dan B 1 /(4-7) (3-4)/2 1/3 1/1
C 1/9 1/1 1/5 ¾
D 1/15 1/2 1/6 2/3
E Disesuaikan
TM : Tenaga medis,
TPP : tenaga paramedis perawatan,
TNP : Tenaga non paramedis,
TnonP : Tenaga non paramedis perawatan,
TT : Tempat tidur
Sumber : Sitorus (2006)
12
6. Loveridge dan Cummings (1996)
Loveridge dan Cummings (1996), mengklasifikasi klien berdasarkan pada tingkat
keseriusan kondisi klien yang dirawat di rumah sakit yaitu :
a. Sistem klasifikasi pasien (patient classification system)
Tabel 2.2 Sistem akuitas dengan evaluasi prototipe Generik
No Kategori Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3 Kelas 4
1 Pengkajian 1. Tanda vital
setiap shift
2. Pasien
mandiri
1. Tanda vital setiap 6
jam
2. Tidak ada selang
1. Tanda vital setiap 4
jam observasi
2. Tanda neurologi setiap
2 4 jam
3. Terdapat 1 2 selang
1. Tanda vital setiap 2 jam
2. Terdapat lebih dari 3
selang
2 Mobilisasi Ambulasi
sendiri
Ambulasi atau duduk
di kursi dengan
dibantu oleh satu
orang
Ambulasi atau duduk di
kursi dengan dibantu
oleh 2 orang
Ambulasi atau duduk di
kursi dengan dibantu oleh
3 orang
3 Kebersihan
diri dan
eliminasi
Mandiri 1. Menggunakan
psipot dengan
dibantu oleh satu
orang
2. Mandi dibantu
3. Kateter urine
1. Menggunakan pispot,
dibantu oleh 2 orang
2. Dimandikan di tempat
tidur
3. Ganti sprei oleh 2
orang
1. Inkontinensia
2. Diandikan di tempat tidur
3. Mengganti sprei beberapa
kali tiap shift
4 Diet Makan
sendiri
Mengatur posisi unuk
makan dengan
dibantu oleh satu
orang
1. Mengatur posisi untuk
makan dibantu oleh 2
orang
2. Makan dibantu
Menggunakan NGT
5 Obatobatan
Obat 1 -2
macam tiap
shift
1. Obat 3 – 5 macam
tiap shift
2. Obat intra vena 1
macam
1. Obat 6 – 7 macam tiap
shift
2. Obat IV dua macam
tiap shift
3. Transfusi darah 1 unit
1. Obat 8 macam tiap shift
2. Mendapat heparin tiap
infus
3. Obat IV 3 macam tiap
shift
6 Pendidikan
kesehatan
dan emosi
1. Waspada
(alert)
2. Pendidikan
kesehatan
sederhana
1. Cemas ringan
2. Penguatan
pendidikan
kesehatan
3. Interaksi dengan
keluarga beberapa
kali
1. Disorientasi
2. Hambatan dalam
bahasa
3. Interaksi dengan
keluarga sering
4. Pendidikan kesehatan
untuk pulang
1. Memerlukan perhatian
terus menerus
2. Hambatan dalam bahasa
3. Pendidikan kesehatan
tentang prosedur
kompleks
4. Interaksi dengan keluarga
yang intensif
7 Lain-lain Tidak ada Pelaksanaan prosedur
sederhana
1. Mengosongkan
kantung kolostomi
2. Pelaksanaan prosedur
oleh 2 orang
1. Irigasi kolostomi
2. Suction tiap 2 jam
Sumber : Sitorus (2006)
b. Sistem akuitas (acuity system)
1) Evaluasi prototipe, pasien dikelompokkan ke dalam kelas yang ditetapkan
berdasarkan indikator kritis, data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 2.2.
Setiap kelas memerlukan waktu pemberian asuhan keperawatan yang berbeda
yaitu : a) Kelas I 2 jam/24 jam, b) Kelas II 3 jam/24 jam, c) Kelas III 4,5
jam/24 jam dan d) Kelas IV 6 jam/24 jam. Dalam satu hari, perawat terbagi
13
menjadi tiga shift dimana setiap shiftnya memerlukan 35 % untuk shift pagi,
35 % untuk shift sore dan 30 % untuk shift malam.
2) Evaluasi faktor : pasien dikelompokkan berdasarkan jumlah nilai yang
didapat berdasarkan indikator kritis atau unit nilai relatif (RVUs) dengan
pembagian :
a) Kelas I : 0 -10 point,
b) Kelas II 11 – 25 point,
c) Kelas III 26 – 40 ponit,
d) Kelas IV lebih dari 41 point
14
7. Berdasarkan pengelompokan unit kerja dirumah sakit
Kebutuhan tenaga kerja keperawatan perlu memperhatikan unit kerja yang ada
dirumah sakit. Secara garis besar terdapat pengelompokan unit kerja di rumah sakit
sebagai berikut :
a. Rawat inap dewasa
b. Rawat inap anak / perinatal
c. Rawat inap intensif
d. Ruang gawat darurat
e. Kamar bersalin
f. Kamar operasi
g. Rawat jalan
Beberapa model pendekatan yang dapat dipergunakan dalam perhitungan adalah
sebagai berikut :
a. Rawat inap
1) Berdasarkan klasifikasi pasien
Cara perhitungannya didasarkan pada :
- Tingkat ketergantungan pasien
- Rata-rata pasien perhari
- Jam perawatan yang diperlukan /hari/pasien
- Jam kerja efektif setiap perawat/7 jam /hari
Rumus =
jam perawatan
tenaga kep.R. Rawat Inap =
+ Loss day + Tugas non kep.
Jam kerja efektif per shif
15
Tabel 1.1 Contoh perhitungan dalam ruang
NO Jenis /katagori
Rata-rata
pasien/hari
Rata-rata
jam
perawatan
pasien/hari
Jumlah jam
perawatan
/hari
1 Pasien bedah 10 4 40
2 Pasien anak 5 6 30
3 Pasien penyakit dalam 15 5 75
Jumlah 30 145
Jadi jumlah tenaga keperawatan yang diperlukan adalah :
Jumlah jam perawatan
=
145
=
Jam kerja efektif pershif 7 21
Untuk perhitungan jumlah tenaga perlu ditambah (faktor koreksi) yaitu hari
libur/cuti/hari besar (loss day) :
Jml mg dlm 1 tahun + cuti+hari besar
X
Jumlah perawat yang ada
Jumlah hari kerja efektif setahun =
52 + 12 + 14
X
21
=
286 6
Jumlah tenaga keperawatan yang mengerjakan tugas-tugas non keperawatan
seperti membuat perincian pasien pulang, kebersihan ruangan, kebersihan alat
makan pasien, dan lainnya diperkirakan 25 % dari jam pelayanan
keperawatan.
Jumlah tenaga keperawatan + Loss day
X
25
=
100
21 + 6
X
25
=
100 7
Jadi tenaga yang diperlukan adalah :
Tenaga yang ada + faktor koreksi + tugas non keperawatan =
21 + 6 + 7 = 34 orang perawat
16
b. Kamar Operasi
Dikamar operasi menggunakan dasar perhitungan sebagai berikut :
1) Jumlah jenis operasi
2) Jumlah kamar operasi
3) Pemakaian kamar operasi (diprediksi 6 jam per hari) pada hari kerja.
4) Tugas perawat dikamar operasi (instrumentator, perawat sirkulasi = 2 orang
/tim)
5) Ketergantungan pasien
- Operasi besar : 5 jam/ 1 operasi
- Operasi sedang : 2 jam / 1 operasi
- Operasi kecil : 1 jam / 1 operasi
( jam perawatan /hari X operasi) X perawat dalam tim
=
Jam kerja efektif / hari
Contoh kasus :
Dalam suatu rumah sakit terdapat 25 operasi /hari, dengan perincian :
- Operasi besar 6 orang
- Operasi sedang 10 orang
- Operasi kecil 9 orang
Berapa kebutuhan tenaga perawat di ruang ini :
Jawab :
(6 x 5) +(10 x 2) + (9x1) X 2
= 18
7 jam
Jadi jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan dikamar operasi adalah 18
orang
17
c. Diruang Gawat darurat
Dasar perhitungan di unit gawat darurat adalah :
1) Rata-rata jumlah pasien / hari
2) Jumlah jam perawatan / hari
3) Jam efektif perawat / hari
4) Ketergantungan pasien,Gawat darurat, Mendesak , dan tidak mendesak :
Rumus :
D X 365
TP:
255 X Jam kerja/hari
Keterangan:
TP = Tenaga perawat
D = Jam keperawatan
365 = jumlah hari kerja selama setahun
255 = hari kerja efektif perawat/tahun
= {365 - (12 hari libur nasional - 12 hari libur cuti tahunan) x 3/4}
= 255 hari
Indeks ¾ merupakan indeks yang berasal dari karakteristik jadual kerja perawat
dirumah sakit yang dihitung dari setiap empat hari kerja efektif, dimana perawat
mendapat libur satu hari setelah jadual jaga malam. Uraiannya sebagai berikut hari
pertama perawat masuk pagi, hari kedua siang, hari ketiga malam dan hari keempat
perawat mendapat libur satu hari
Jam kerja/hari = 6 jam/hari

cara perhitungan tenaga perawat

cara perhitungan tenaga perawat

Langkah-langkah untuk perhitungan tenaga keperawatan
1. Tentukan terlebih dahulu rata-rata jumlah pasien berdasarkan tingkat ketergantungannya
a. Asuhan Keperawatan Langsung (Gillies)
* Self care = ¼ x 4 = 1 jam
* Partial care = ¾ x 4 = 3 jam
* Total care = (1-1,5) x 4 = 4-6 jam
* Intensive = 2 x 4 = 8 jam
b. Asuhan tidak langsung (dokumentasi, dll) = Wolfe&Young = 60 menit/klien/hari 
c. Pendidikan Kesehatan : 15 menit/hari/klien = 0,25 jam 

2. Tentukan rata-rata jumlah pasien perhari = BOR x Tempat Tidur
Hal ini bisa secara langsung pula dilihat dari jumlah pasien berdasarkan hal yang no 1, jadi tidak perlu repot-repot menghitung kembali rata-rata jumlah pasien

Menghitung BOR, AvLOS, TOI, dan BTO

Akhirnya, ilmu yang saya pelajari ketika masih kuliah dengan Pak Sis Wuryanto (padahal durung lulus) dipake juga ketika bikin Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit di RSUD Sekarwangi, SUkabumi.
Yaitu salah satu ilmu dasar rekam medis : menghitung BOR, AvLOS, TOI, dan BTO!
Angka-angka ini merupakan dasar dalam pembuatan Grafik Barber Johnson. Untuk pembuatan grafik Barber Johnson pernah saya bahas pada waktu jaman dahulu, tapi artikelnya sudah ilang. Kapan-kapan klo sempet akan saya bahas lagi berikut script untuk membuatnya, OC DAB!
Sebelumnya saya segarkan ingatan Anda (bagi lulusan Rekmed yg udah lupa) atau saya kasih tau (bagi yang belum tahu) tentang ke empat variabel tersebut :
BOR : Bed Occupacion Rate (Angka rata-rata tempat tidur terisi dalam satu tahun)
Tempat tidur yang dimaksud adalah tempat tidur di ruang rawat inap.
Angka BOR ideal berkisar antara 75% - 85%
P = O X 100/A
AvLOS : Average Length of Stay (Angka rata-rata lamanya seorang pasien dirawat)
Angka AvLos ideal : 3 - 12 hari
L = O X 365/D
TOI : Turn Over Interval (Angka rata-rata sebuah tempat tidur tidak terisi)
TOI ideal : 1 - 3 hari
T = (A-O) X 365/D
BTO : Bed Turn Over (Tingkat penggunaan sebuah tempat tidur dalam satu tahun)
BTO ideal : lebih dari 30 kali
B = D/A
Keterangan :
O = rata-rata tempat tidur terisi dalam 1 tahun
D = Jumlah pasien yang keluar dalam 1 tahun
A = Jumlah tempat tidur
Masih bingung?sama, saya pun bertanya-tanya, bagaimana memperoleh nilai O, D, dan A.
Secara umum, variabel-variabel tersebut dapat Anda peroleh jika perawat Rumah Sakit Anda melaksanakan Sensus Rawat Inap dengan baik dan benar, kemudian bagian Rekam Medis merekapnya.
Cara mendapatkan nilai O :
Lakukan sensus harian dulu kemudian akan mendapatkan angka lama dirawat per hari.
lama dirawat = pasien awal+pasien masuk+pasien pindahan-pasien dipindahkan-pasien keluar hidup-pasien keluar mati
jumlahkan lama dirawat tersebut selama satu tahun.
O = total lama dirawat/365
Cara mendapatkan nilai D :
D = pasien dipindahkan+pasien keluar hidup+pasien keluar mati
Cara mendapatkan nilai A :
Masuk ke ruang-ruang rawat inap, hitung sendiri jumlah tempat tidur yang ada! Klo males, silakan tilpun perawat masing-masing bangsal…
Jika masih ada yg salah, mohon dikoreksi, tp jika masih bingung, itu adalah kehendak Yang Maha Kuasa, jadi…, disyukuri saja.
NB : Angka 365 merupakan jumlah hari dalam tahun tersebut
 3. Hitunglah dengan menggunakan formula (misal formula PPNI)



125% pada formula ini diasumsikan karena asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat di Indonesia masih berpola pada tindakan yang banyak ke arah tindakan non keperawatan sehingga perlu ditambahkan jumlahnya, selain itu diasumsikan bahwa kinerja keperawatan oleh perawat Indonesia masih 75%.

Contoh :
Hasil analisis selama 6 bulan Pada ruangan dengan kategori medikal bedah didapatkan rata-rata pasien yang dirawat : Self care 5 orang, partial care 10 orang dan total care 5 orang

Jawaban:
Dari data di atas kita sudah tahu untuk rata-rata pasien (TT x BOR) = 20 orang, dan langkah selanjutnya kita harus menghitung terlebih dahulu jam asuhan yang harus diberikan :
Self Care = (5 x 1 jam) + (5 x 1 jam) + (5 x 0,25 jam) = 11,25 jam
Partial Care = (10 x 3 jam) + (10 x 1 jam) + (10 x 0,25 jam) = 42,5 jam
Total Care = (5 x 6 jam) + (5 x 1 jam) + (5 x 0,25) = 36,25 jam

Total Jam asuhan = 11,25 + 42,5 + 36,25 = 90 jam/20 pasien
Rata-rata jam asuhan = 4,5 jam

Maka Jumlah keseluruhan kebutuhan tenaga keperawatan adalah
TP=((4,5 x52x7x20)/(1640 jam) ) x 125% = 24,9 orang perawat

Dibulatkan menjadi 25 orang perawat pelaksana

Catatan : Jumlah Perawat bukan hal yang utama dalam pemberian pelayanan tetapi terdapat aspek lain yang sangat berperan yaitu KOMITMEN PERAWAT dalam melaksanakan Asuhan.

Rabu, 19 September 2012

Surat Berkelakuan Baik Kepolisian (SKCK)

Membuat Surat Berkelakuan Baik Kepolisian (SKCK)

1. Kekantor Kelurahan setempat:
    a. Membawa KTP yang bersangkutan (Pembuat SKCK)
    b. Membawa Kartu Keluarga (KK)
    c. Mengisi Blangko Di Kantor Kelurahan.
    d. Pas Foto berwarna terbaru 3x4 = 1 lbr

2. Setelah mendapat Surat Pengantar dari kelurahan selanjutnya ke kantor Kecamatan Setempat :
    a. Membawa Foto berwarna terbaru 3x4 sebanyak 1 lbr
    b. Biasanya ada uang adminitrasi (Pengalaman penulis Rp 15.000 ,- )

3. Selanjutnya Surat Pengantar di bawa ke kantor POLSEK setempat:
    a. Membawa foto copy KTP dan Kartu Keluarga (KK) masing-masing sebanyak 2 lembar
    b. Pas Foto berwarna 3x4 sebanyak 1 lbr
    c. Pas Foto berwarna 4x6 sebanyak 4 lbr
    d. SKCK Lama di lampirkan jika ada.
    e. Membayar Uang Adminitrasi Rp. 15.000 ,-

4. Kemudian surat pengantar dari Kantor POLSEK setempat di bawa ke Kantor POLRES setempat :
   a. Surat Pengantar di ajukan ke bagian PERIJINAN Polres setempat.
   b. Mengisi Blangko yang tersedia
   c. Jika belum mempunyai RUMUS Sidik Jari seharusnya membuat rumus sidik jari ke bagian PEMBUAT   rumus sidik jari di Polres Setempat.
  d. Pas foto berwarna 4x6 sebanyak 5 lembar
  e. Membayar Adminitrasi Rp 15.000 ,-
  f. Jika memerlukan Ligalisir, Foto copy SKCK yang sudah di tandatangani sebanyak 6 lembar

demikian langkah - langkah mengurus Surat Kelakuan Baik (SKCK) dari kepolisian setempat, semoga bermanfaat dan bisa membantu,

NB : Langkah-langkah diatas mungkin bisa berbeda di setiap daerah,,,

Selasa, 18 September 2012

Perihal: Permohonan Registrasi dan Surat Izin TENAGA KESEHATAN PERPANJANGAN

Perihal: Permohonan Registrasi dan Surat Izin TENAGA KESEHATAN PERPANJANGAN

Persyaratan memperpanjang SIP :
1. Foto kopi ijazah dan Transkrip nilai yang dilegalisir
2. Surat keterangan sehat dari Dokter Pemerintah.
3. Pas photo hitam putih terbaru 3x4=2 lembar, 4x6=2 lembar
4. Melampirkan registrasi dan Surat Ijin Tenaga Kesehatan lama yang asli
5. Pemohon perpanjangan 1 Minggu Sebelum Masa Berlaku Habis
6. Mengisi blangko yang tersedia di kantor P2T atau mintalah di sekretariat PPNI daerah domisili anda

Catatan:
1. Pemohon harus menulis dengan jelas dan lengkap disertai materai Rp. 6.000,00
2. Pemohon harus datang sendiri (Suami/Istri dapat diwakilkan salah satu nya asalkan dapat melampirkan Fotokopi  Buku nikah atau Surat Kuasa Bermaterai 6000.00)
3. Tulis dengan huruf  balok
4. Semua berkas-berkas di masukkan kedalam Map berwarna HIJAU
5. Map berwarna merah untuk Legalisir STR
6. Untuk Pindah Kerja (misal punya STR di Jawa Tengah sedangkan anda Bekerja di Jawa Timur), dapat di perpanjang asalakan melampirkan SK Pegawai (PNS) atau SK Kerja (Swasta) dimana anda bekerja mengetahui atasan / pimpinan.

Nb:
Info: Rekan-rekan saya,  bulan lalu sudah ke Surabaya untuk memperpanjang SIP, bahkan ada 1 teman yang SIP nya sudah mati 1 tahun, semua kesana TANPA TES dan TANPA BIAYA, cuma yang pengen legalisir STR TERBARU dipersilakan fotokopi dulu trus proses legalisir sekalian.





-->
DAFTAR ALAMAT PENTING

No
INSTANSI
ALAMAT
KETERANGAN
1
Kantor P2T (Pelayanan Perizinan Terpadu) Propinsi Jatim
Jl.Pahlawan 116
Surabaya, Jawa Timur 60172
031 3577691-
031 3577692
2
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur
Jl. Ahmad Yani 118 Surabaya 60231
(031) 8280715 - 8280910  Fax. (031) 8290423
3
Sekretariat PPNI Jawa Timur
Ruko Gateway B-25 Waru Sidoarjo Jatim
0318546954
Fax 0318546955
ppni_jatim@yahoo.co.id
4
Kantor DPP PPNI (Pusat)
Jl. Jaya Mandala Raya No 15, Patra Kuningan
Jakarta. 12870
Phone : +62218315069
Fax   : +62218315070
dppppni@gmail.com

Sabtu, 11 Februari 2012

demam berdarah dengue


ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN DEMAM BERDARAH DENGUE

A.      PENGERTIAN

DHF adalah suatu  infeksi  arbovirus akut yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk spesies aides. Penyakit ini sering menyerang anak, remaja, dan dewasa yang ditandai dengan demam, nyeri otot dan sendi. Demam Berdarah Dengue sering disebut pula Dengue Haemoragic Fever (DHF).
Demam Berdarah / Dengue Hemoragic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh Arbovirus (Arthropodborn Virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk AEDES (AEDES ALBOPICTUS dan AEDES AEGEPTY).

B.       Tanda dan gejala.

1.         Meningkatnya suhu tubuh
2.         Nyeri pada otot seluruh tubuh
3.         Suara serak
4.         Batuk
5.         Epistaksis
6.         Disuria
7.         Nafsu makan menurun
8.         Muntah
9.         Ptekie
10.     Ekimosis
11.     Perdarahan gusi
12.     Muntah darah
13.     Hematuria masif
14.     Melena

C.      Klasifikasi Demam Berdarah / Dengue Hemoragic Fever (DHF)

Klasifiksi DHF menurut WHO
1.         Derajat I
Demam disertai gejala tidak khas, terdapat manifestasi perdarahan (uji tourniquet positif)
2.         Derajat II
Derajat I ditambah gejala perdarahan spontan dikulit dan perdarahan lain.
3.         Derajat III
Kegagalan sirkulasi darah, nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun (20 mmhg, kulit dingin, lembab, gelisah, hipotensi)
4.         Derajat IV
Nadi tak teraba, tekanan darah tak dapat diukur



D.      Pohon masalah.



 





















E.       Pemeriksaan Diagnostik

  1. Darah Lengkap = Hemokonsentrasi (Hemaokrit meningkat 20 % atau lebih), Thrombocitopeni (angka thrombosit 100. 000/ mmatau kurang)
  2. Serologi = Uji HI (hemaaglutinaion Inhibition Test)
  3. Rontgen Thorax = Effusi Pleura

F.       Penatalaksanaan Demam Berdarah

a.       Medik
1.    DHF tanpa Renjatan
1.    Beri minum banyak ( 1 ½ - 2 Liter / hari )
2.    Obat antipiretik, untuk menurunkan panas, dapat juga dilakukan kompres
3.    Jika kejang maka dapat diberi luminal ( anticonvulsan ) untuk anak <1 th dosis 50 mg IM dan untuk anak >1th 75 mg IM. Jika 15 menit kejang belum teratasi , beri lagi luminal dengan dosis 3 mg / Kg BB anak <1 th dan pada anak >1th diberikan 5 mg/ Kg BB.
4.    Berikan infus jika terus muntah dan hematokrit meningkat
2.    DHF dengan Renjatan
1.    Pasang infus RL
2.    Jika dengan infus tidak ada respon maka berikan plasma expander ( 20 – 30 ml/ kg BB )
3.    Tranfusi jika Hb dan Ht turun
b.      Keperawatan
1.    Pengawasan tanda – tanda Vital secara kontinue tiap jam
1.    Pemeriksaan Hb, Ht, Trombocyt tiap 4 Jam
2.    Observasi intike - output
3.    Pada pasien DHF derajat I : Pasien diistirahatkan, observasi tanda vital tiap 3 jam , periksa Hb, Ht, Thrombosit tiap 4 jam beri minum 1 ½ liter – 2 liter per hari, beri kompres
4.    Pada pasien DHF derajat II : Pengawasan tanda vital, pemeriksaan Hb, Ht, Thrombocyt, perhatikan gejala seperti nadi lemah, kecil dan cepat, tekanan darah menurun, anuria dan sakit perut, beri infus.
5.    Pada pasien DHF derajat III : Infus guyur, posisi semi fowler, beri O2 pengawasan tanda – tanda vital tiap 15 menit, pasang cateter, observasi produksi urine tiap jam, periksa Hb, Ht dan thrombocyt.
2.    Resiko Perdarahan
1.    Obsevasi perdarahan : Pteckie, Epistaksis, Hematomesis dan melena
2.    Catat banyak, warna dari perdarahan
3.    Pasang NGT pada pasien dengan perdarahan Tractus Gastro Intestinal
3.    Peningkatan suhu tubuh
1.    Observasi / Ukur suhu tubuh secara periodik
2.    Beri minum banyak
3.    Berikan kompres

G.      Asuhan Keperawatan

1.    Pengkajian
1.    Kaji riwayat Keperawatan
2.    Kaji adanya peningkatan suhu tubuh, tanda perdarahan, mual muntah, tidak nafsu makan, nyeri ulu hai, nyeri otot dan tanda – tanda renjatan (denyut nadi cepat dan lemah, hipotensi, kulit dingin dan lembab, terutama pada ekstremitas, sianosis, gelisah, penurunan kesadaran)
2.    Diagnosa Keperawatan
1.    Kekurangan Volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler , perdarahan, muntah, dan demam
2.    Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan perdarahan
3.    Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah, tidak ada nafsu makan
4.    Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus
5.    Perubahan proses proses keluarga berhubungan dengan kondisi anak
3.    Implementasi
1.    Mencegah terjadinya kekurangan volume cairan
1.    Mengobservasi tanda – tanda vital paling sedikit setiap 4 jam
2.    Monitor tanda – tanda meningkatnya kekurangan cairan : turgor tidak elastis, ubun – ubun cekung, produksi urine menurun
3.    Mengobservasi dan mencatat intake dan output
4.    Memberikan hidrasi yang adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh
5.    Memonitor nilai laboratorium : elektrolit / darah, BJ urin , serum tubuh
6.    Mempertahankan intake dan output yang adekuat
7.    Memonitor dan mencatat berat badan
8.    Memonitor pemberian cairan melalui intra vena setiap jam
9.    Mengurangi kehilangan cairan yang tidak telihat (insesible water loss / IWL)
2.    Perfusi jaringan Adekuat
1.    Mengkaji dan mencatat tanda – tanda Vital (kualitas dan Frekwensi denyut nadi, tekanan darah , Capillary Refill )
2.    Mengkaji dan mencatat sirkulasi pada ekstremitas (suhu , kelembaban dan warna)
3.    Menilai kemungkinan terjadinya kematian jaringan pada ekstremitas seperti dingin , nyeri , pembengkakan kaki )
3.    Kebutuhan nutrisi adekuat
1.    Ijinkan anak memakan makanan yang dapat ditoleransi anak. Rencanakan untuk memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan anak meningkat.
2.    Berikan makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi untuk meningkatkan kualitas intake nutrisi
3.    Menganjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan teknik porsi kecil tetapi sering
4.    Menimbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama dan dengan skala yang sama
5.    Mempertahankan kebersihan mulut pasien
6.    Menjelaskan pentingnya intake nutirisi yang adekuat untuk penyembuhan penyakit
4.    Mempertahankan suhu tubuh normal
1.    Ukur tanda – tanda vital suhu tubuh
2.    Ajarkan keluarga dalam pengukuran suhu
3.    Lakukan “ tapid sponge” (seka) dengan air biasa
4.    Tingkatkan intake cairan
5.    Berikan terapi untuk menurunkan suhu
5.    Mensupport koping keluarga Adaptif
1.    Mengkaji perasaan dan persepsi orang tua atau anggota keluarga terhadap situasi yang penuh stress
2.    Ijinkan orang tua dan keluarga untuk memberikan respon secara panjang lebar dan identifikasi faktor yang paling mencemaskan keluarga
3.    Identifikasikan koping yang biasa digunakan dan seberapa besar keberhasilannya dalam mengatasi keadaan




DAFTAR PUSTAKA


  1. Buku ajar IKA infeksi dan penyakit tropis IDAI Edisi I. Editor : Sumarmo, S Purwo Sudomo, Harry Gama, Sri rejeki Bag IKA FKUI jkt 2002.
  2. Christantie, Effendy. SKp, Perawatan Pasien DHF. Jakarta, EGC, 1995
  3. Prinsip – Prinsip Keperawatan Nancy Roper hal 269 – 267